SHOLAT JUMAT
A . PENGERTIAN sholat jum’at
Sholat
Jum'at adalah ibadah salat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat secara
berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah.
B . persiapan sblum sholat jum’at
1. Mandi
Mandi sebelum
menghadiri shalat jumat itu hukumnya sunnah. Dalilnya adalah sabda Rasulullah
saw.,
2. Berangkat ke Masjid
Lebih Awal
Disunnahkan
untuk bersegera berangkat ke masjid guna shalat jumat lebih awal dan tidak
menunda-nundanya.
3. Memakai wangi-wangian
dan bersiwak pada hari Jumat
- Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa ia pernah menyebutkan sabda
Nabi saw. tentang mandi pada hari Jumat. (Shahih Muslim No.1401)
- Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda:
Hak Allah atas setiap muslim adalah mandi setiap tujuh hari, membasuh
kepala dan tubuhnya. (Shahih Muslim No.1402)
4. Tenang ketika
mendengarkan khutbah Jumat
- Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Bila engkau berkata kepada temanmu: "Diam!" pada hari Jumat, saat
imam berkhutbah, maka engkau benar-benar berbicara sia-sia. (Shahih Muslim
No.1404)
5. Tentang waktu mustajab
pada hari Jumat
- Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. menyebut
hari Jumat, beliau bersabda: Di hari itu ada saat-saat, di mana bila seorang
muslim salat dan meminta sesuatu tepat pada saat itu, pasti Allah memberinya.
(Shahih Muslim No.1406)
6. Petunjuk umat ini pada
hari Jumat
- Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Kita
adalah umat terakhir, tetapi kita umat yang lebih dahulu pada hari kiamat
nanti. Karena setiap umat diberi kitab sebelum kita, sedangkan kita diberi
kitab sesudah mereka. Kemudian hari ini (hari Jumat), hari yang telah
ditentukan Allah untuk kita, Allah telah memberi petunjuk kepada kita pada hari
tersebut, maka umat lain mengikuti kita, besok (hari Sabtu) umat Yahudi dan
lusa (hari Ahad) umat Kristen. (Shahih Muslim No.1412)
7. Waktu salat Jumat
adalah ketika matahari tergelincir
- Hadis riwayat Sahal ra., ia berkata:
Kami tidak tidur siang dan makan
siang, kecuali setelah melaksanakan salat Jumat. (Shahih Muslim No.1422)
- Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra. ia berkata:
Kami dahulu melakukan salat Jumat
bersama Rasulullah saw. pada saat matahari telah tergelincir (condong ke barat)
kemudian pulang, berjalan sambil meniti tempat teduh. (Shahih Muslim No.1423)
8. Menjelaskan dua
khutbah sebelum salat dan duduk antara dua khutbah
- Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. selalu
menyampaikan khutbah Jumat sambil berdiri kemudian duduk dan berdiri lagi. Ia
berkata: Seperti yang dilakukan oleh kaum muslimin saat ini. (Shahih Muslim
No.1425)
9. Tentang firman Allah:
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju
kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah)
- Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.:
Bahwa Pada hari Jumat, ketika
Nabi saw. sedang berdiri menyampaikan khutbah, tiba-tiba datang kafilah dari
Syam. Kaum muslimin yang saat itu sedang mendengarkan khutbah Nabi berhambur
keluar menuju kafilah tersebut, sehingga hanya dua belas orang yang tetap
(berada dalam mesjid). Lalu turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al-Jumu`ah ini: Bila mereka melihat
perdagangan "bisnis" atau permainan, mereka bubar demi hal tersebut,
meninggalkanmu yang sedang berdiri "berkhutbah". (Shahih Muslim
No.1428)
10. Sunat memendekkan
salat dan khutbah Jumat
- Hadis riwayat Ya`la bin Umayah ra.:
Dari Shafwan bin Ya`la dari
ayahnya bahwa ia mendengar Nabi saw. membaca ayat Alquran di atas mimbar Dan
mereka menyeru: Wahai Malik. (Shahih Muslim No.1439)
11.Salat sunat tahiyat mesjid
ketika imam sedang berkhutbah
- Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Ketika Nabi saw. sedang
berkhutbah pada hari Jumat, tiba-tiba datang seseorang (untuk melaksanakan
salat Jumat). Rasulullah saw. bertanya kepada orang itu: Hai fulan, apakah
engkau sudah melakukan salat (tahiyat mesjid)? Orang itu menjawab: Belum. Lalu
sabda Rasul: Bangun dan salatlah. (Shahih Muslim No.1444)
12.Surat yang dibaca pada hari
Jumat
- Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
di hari Jumat
Nabi saw. membaca surat
As-Sajadah dan Al-Insan. (Shahih Muslim No.1455)
13.Salat sunat sesudah salat
Jumat
- Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Bahwa setelah
mengerjakan salat Jumat, ia pulang dan mengerjakan salat sunat dua rakaat di
rumah. Kemudian ia berkata: Dulu Rasulullah saw. berbuat demikian. (Shahih
Muslim No.1460)
C . ADAB DALAM MASJID
1. Sebelum
memasuki masjid (rumah Allah), kita diperintahkan agar memakai pakaian yang
baik, bersih, sopan dan sesuai aturan syara. Allah Swt. berfirman : “Hai
anak Adam, pakailah pakaian yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS
Al-Araf [7] : 31).
2. Anggota
badan dalam keadaan suci dan mempunyai wudhu, serta disunnahkan memakai wangi-wangian.
3. Ketika
menjelang memasukinya, hendaknya hati dalam keadaan tawajjuh kepada Allah dan
diawali dengan ucapan ta’awudz, shalawat, istighfar kemudian langkahkan kaki
kanan sambil mengucapkan do’a “Allaahummaftahlil abwaaba rahmatika” (Ya
Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu).
4. Setiap
memasuki masjid berniat untuk I’tikaf dengan tujuan mencari ridho Allah,
kemudian shalat sunat Tahiyyatul Masjid dua raka’at.
5. Ketika
berada di dalam masjid, maka amalan dan ucapan harus sesuai dengan yang
disyariatkan dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti da’wah ilallah,
belajar dan mengajar ilmu Islam, shalat fardhu berjamaah di awal waktu, membaca
Al-Qur’an, dzikrullah, membersihkan dan mengharumkan masjid, atau membicarakan
hal-hal yang bermanfaat.
6. Amalan
penting lainnya yaitu: mengadakan musyawarah untuk menghidupkan amalan Masjid
Nabawi (amalan masjid ketika zaman Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, yakni
da’wah, ta’lim wa ta’allum, ibadah, khidmat, dll.)
7. Bila
ada yang sedang menunaikan shalat, maka jika kita membaca Al-Qur’an atau
berdzikir hendaknya jangan sampai mengganggu orang yang shalat; dan
jika adzan berkumandang maka dengarkan dengan penuh
perhatian dan menjawabnya.
8. Apabila
kita hendak istirahat ataupun makan-minum di dalam masjid, hendaknya diniatkan
kembali sedang I’tikaf dan gunakan alas supaya tidak mengotori masjid, serta
penuhi adab-adabnya (adab tidur, adab makan/minum, dsb.)
9. Hal-hal
yang dimakruhkan di dalam masjid yaitu : bau-bauan yang tidak sedap baik dari
mulut maupun dari anggota badan lainnya, serta dilarang merokok.
10. Hal-hal yang
diharamkan di dalam masjid yaitu : berjual-beli, mengumumkan barang yang hilang
dan tinggal di dalam masjid dalam keadaan junub (hadats besar).
11. Amalan-malan lain
yang dilarang lainnya : membicarakan hal-hal keduniaan, hal yang sia-sia,
gaduh/berteriak, berlari, terbuka aurat, menjadikan masjid sebagai jalan
lintasan, mengotori, dan meludah.
12. Bila hendak keluar
masjid maka langkahkan kaki kiri dahulu dan ucapkan do’a : “Allaahumma inni
as-aluka min fadhlika” (Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari
karunia-Mu).
Kemudian mengenakan alas kaki
dengan mendahulukan kaki kanan, dengan membaca Bismillah.
D. SYARAT QUTBAH JUMAT
1. Khutbah dilakukan sebelum salat
Jum'at
2. Niat
3. Disampaikan dengan bahasa yang bisa dipaham
oleh Jamaah.
4. Antara khutbah satu dan khutbah dua
dilakukan dalam satu waktu. (antara keduanya tidak boleh dipisahkan dengan
salat Jum'at ).
5. Disampaikan dengan suara yang bisa didengar
oleh jamaah, minimal sejumlah orang yang wajib dipenuhi sebagai syarat sahnya
salat Jum'at, 40 orang.
6. Salat Jum'at segera dilakukan begitu
khutbah usai, tidak boleh diselingi dengan hal-hal yang tidak ada sangkut
pautnya dengan pelaksanaan salat Jum'at.
E. RUKUN QUTBAH JUMAT
1. Memuji kepada Allah (Dengan membaca:
"al-hamdulillah, atau, ahmadullah, atau hamdan lillah, dan
sesamanya") dalam setiap khutbah pertama dan kedua.
2. Membaca salawat untuk Nabi Muhammad
saw dalam setiap khutbah, satu dan dua (salawatnya: "Allahumma sholli 'ala
Muhammad, dan atau semacamnya")
3. Berwasiat untuk melakukan ketakwaan
dalam setiap khutbah (pesannya: "ittaqullah, atau athi'ullah, atau ushikum
bitaqwallah, dan atau semisalnya")
4. Membaca satu atau sebagian ayat al-Qur`an.
5. Doa untuk kebaikan dan ampunan bagi
orang-orang beriman pada khutbah kedua
F. SYARAT QOTIB JUMAT
• Suci dari dua hadats dan najis
yang tidak dima’fu (diampuni)
• Menutup auratnya dalam dua
khutbah
• Khutbah dengan berdiri bila
mampu dan duduk diantara dua khutbah sekedar ukuran thuma’ninah, bila ia
khutbah denga duduk karena danya udzur maka pisahkan khubah dengan diam
seukuran melebihi dari diamnya orang mengambil nafas begitu juga pisahkan dengan
diam bila ia mampu berdiri saat khutbah tapi tidak mampu duduk diantara kedua
khutbahnya
• Mengeraskan
khutbahnya sekira dapat didengarkan oleh jamaah jumah 40 orang yang dapat
menjadikan terhitungnya keabsahan jumat…
• Laki-laki
• Sah menjadi imam shalat bagi
suatu kaum
• Meyakini rukun dalam khutbah
menjadi rukun dan sunahnya menjadi sunnah bila ia memiliki pengetahuan bila
tidak asalakan tidak meyakini wajibnya khutbah menjadi sunnah
G. SUNAH QUTBAH JUMAT
1. Berdiri di
tempat yang tinggi (mimbar)
2. Memberi salam, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra.: “Sesungguhnya Nabi SAW. apabila telah naik mimbar, (beliau) memberi salam”. (HR. Ibnu Majah).
3. Menghadap Jama’ah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Adi bin Tsabit dari ayahnya dari kakeknya: “Adalah Nabi SAW. apabila telah berdiri di atas mimbar, shahabat-shahabatnya menghadapkan wajah mereka ke arahnya”. (HR. Ibnu Majah).
4. Suara jelas penuh semangat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir r.a: “Adalah Rasulullah SAW. apabila berkhutbah kedua matanya menjadi merah, suaranya lantang/tinggi, berapi-api bagaikan seorang panglima (yang memberi komando kepada tentaranya) dengan kata-kata “Siap siagalah di waktu pagi dan petang”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
5. Singkat, padat, akurat dan memikat, Rasulullah SAW. bersabda :
“Adalah Rasulullah SAW. biasa memanjangkan shalat dan memendekkan khutbahnya”. (HR. Nasai dari Abdullah bin Abi Auf).
6. Gerakan tangan tidak terlalu bebas, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Abdurrahman bin’ Sa’ad bin ‘Ammar bin Sa’ad ia berkata: “Adalah Nabi SAW. apabila berkhutbah dalam suatu peperangan beliau berkhutbah atas anak panah, dan bila berkhutbah di hari Jum’at belaiu berpegangan pada tongkat”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
7. Seusai khutbah kedua segera turun dari mimbar, berdasarkan hadits Nabi SAW. “Adalah shahabat Bilal itu menyerukan adzan apabila Nabi SAW. telah duduk di atas mimbar, dan ia iqomah apabila Nabi SAW. telah turun”. (HR. Imam Ahmad dan Nasai).
8. Tertib dalam membacakan rukun-rukun khutbah, yaitu: Hamdalah, Syahadat, Shalawat, wasiyat, Ayat Al-Qur’an dan Do’a.
2. Memberi salam, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir ra.: “Sesungguhnya Nabi SAW. apabila telah naik mimbar, (beliau) memberi salam”. (HR. Ibnu Majah).
3. Menghadap Jama’ah, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Adi bin Tsabit dari ayahnya dari kakeknya: “Adalah Nabi SAW. apabila telah berdiri di atas mimbar, shahabat-shahabatnya menghadapkan wajah mereka ke arahnya”. (HR. Ibnu Majah).
4. Suara jelas penuh semangat, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Jabir r.a: “Adalah Rasulullah SAW. apabila berkhutbah kedua matanya menjadi merah, suaranya lantang/tinggi, berapi-api bagaikan seorang panglima (yang memberi komando kepada tentaranya) dengan kata-kata “Siap siagalah di waktu pagi dan petang”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
5. Singkat, padat, akurat dan memikat, Rasulullah SAW. bersabda :
“Adalah Rasulullah SAW. biasa memanjangkan shalat dan memendekkan khutbahnya”. (HR. Nasai dari Abdullah bin Abi Auf).
6. Gerakan tangan tidak terlalu bebas, berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Abdurrahman bin’ Sa’ad bin ‘Ammar bin Sa’ad ia berkata: “Adalah Nabi SAW. apabila berkhutbah dalam suatu peperangan beliau berkhutbah atas anak panah, dan bila berkhutbah di hari Jum’at belaiu berpegangan pada tongkat”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).
7. Seusai khutbah kedua segera turun dari mimbar, berdasarkan hadits Nabi SAW. “Adalah shahabat Bilal itu menyerukan adzan apabila Nabi SAW. telah duduk di atas mimbar, dan ia iqomah apabila Nabi SAW. telah turun”. (HR. Imam Ahmad dan Nasai).
8. Tertib dalam membacakan rukun-rukun khutbah, yaitu: Hamdalah, Syahadat, Shalawat, wasiyat, Ayat Al-Qur’an dan Do’a.
H.
PERSIAPAN QUTBAH JUMAT
1. Berdoa
minta Tuhan berkati persiapan khotbah, berikan messageyang harus
disampaikan.
2. Saya
menentukan batas perikop atau bagian yang ingin dikhotbahkan, harus mulai dari
ayat mana dan berhenti di ayat mana. Biasanya saya tidak terlalu pusing dengan
ini. Cukup melihat 1 atau 2 buku tafsiran. Kalau 2 tafsiran sama, maka saya
setuju saja. Kalau mereka tidak sama, maka saya mulai berpikir lebih keras.
3. Saya
melihat buku
4. Saya
membuat syntactical outline (urutan logis kalimat-kalimat)
dari bagian yang ingin dikhotbahkan. Untuk keperluan ini saya biasa menggunakan
2 buku untuk membantu
5. Sambil
membuat syntactical outline, saya memberi tanda pada kata-kata yang
menurut saya mungkin perlu penelitian lebih lanjut.
6. Kata-kata
tersebut saya cari maknanya di dalam
7. Setelah
'belanja bahan dasar' ini selesai, sekarang bisa mulai 'memasak'. Pertama
adalah memikirkan outline khotbah berdasarkan hasil observasi di atas. Tapi
outline ini biasanya masih tentative, artinya seringkali akan berubah nanti.
8. Mulai
menulis naskah khotbah. Biasanya saya langsung menulis saja, apa saja asal
mulai menulis, karena saya menulis sambil berpikir dan berpikir sambil menulis.
Sambil menulis maka ide pun keluar dan perlahan-lahan jadi.
9. Sambil
menulis naskah khotbah saya sambil terus mempelajari dan memikirkan bagian itu
lebih detil. Untuk ini saya dibantu dengan buku tafsiran. Biasanya untuk 1
Korintus, ada 3 tafsiran yang saya pakai: Gordon Fee, (dalam seri) New
International Commentary on the New Testament, David Garland, (dalam
seri)Baker Exegetical Commentary on the New Testament dan Craig
Blomberg, (dalam seri) NIV Application Commentary.
10. Mencari
buku-buku yang relevan dengan tema yang saya soroti. Membaca buku-buku tersebut
bisa menimbulkan ide bagi saya, kadang memberikan bahan yang penting, kadang
memberikan ilustrasi yang tepat.
11. Sambil
menulis ada perenungan2 yang muncul atau ada ilustrasi yang terpikir. Kadang
saya tuliskan saja semuanya di bagian bawah dan nanti tinggal copy paste untuk
menyusunnya.
12. Terakhir
adalah tahap 'penyajian masakan'. Tidak semua yang sudah saya dapatkan dan
tuliskan akhirnya harus saya sampaikan. Seringkali terlalu banyak bahan justru
mengganggu fokus khotbah. Maka saya harus memilih lagi mana yang akan
disampaikan, dengan urutan seperti apa, mana duluan dan mana belakangan.
13. Seringkali
sampai selesai menuliskan naskah khotbah, saya tetap tidak puas. Biasanya saya
bilang ke istri saya: “Tulangnya sudah, tapi kurang berdaging”. Maka saya perlu
diam, merenung lagi, memikirkan maknanya lagi, dan memikirkan bagaimana cara
menyampaikannya kepada jemaat. Naskah yang sudah jadi itu saya baca ulang
sambil membayangkan bagaimana menyampaikannya. Sambil membayangkan setting
khotbah maka saya akan menemukan ada bagian yang tidak enak untuk disampaikan
secara lisan, ada kalimat yang terlalu kaku, ada bagian yang tidak jelas, dst.
Kadang bahkan saya bisa mengubah total susunan khotbah! Maka saya merevisi lagi
naskah khotbah itu. Kalau ada ilustrasi atau cerita yang ingin saya sampaikan,
saya mencoba dulu bagaimana menceritakannya dengan efisien (tidak bertele-tele)
dan ‘masuk’ ke pendengar.
14. Naskah
saya print. Kalau masih ada waktu, saya baca ulang lagi seluruh naskah sambil
memberikan catatan-catatan tambahan kalau perlu atau coretan-coretan pada
bagian yang tidak perlu. Seringkali catatan dan coretan last minute ini
sangaaaatttt berguna.
15. Berdoa
sungguh-sungguh minta Tuhan berkati penyampaian Firman Tuhan.
0 comments:
Posting Komentar